Sabtu, 24 Oktober 2009

CINTA SEMUSIM

Kusangka cinta berhenti mengembara
Kiraku cinta telah menunjuk satu arah
Meniti langakh menuju dermaga
Menanti kapal layar menuju laut lepas
Memenuhi rindu yang lama membekas

Angin utara berhembus terlalu cepat
Saat nahkoda belum siap bermain dengan ombak
Tiang layar terlalu rapuh untuk tak patah

Kami terasing di pulau serba asing
Sebagai orang asing di tengah orang asing
Berguru menati-nati langkah
Agar selamat hidup dalam cinta

Belumlah genap menegakkan tiang ramah
Menuai benih cinta yang telah tersemai
Langit telah mengangkat air laut
Hanyutkan kami menuju pulau baru
Pada rindu yang lama ingin dituju

AKSARA MURKA

Langit telah muraka hari ini
Ini kali pertama. Ia tunjukkan padaku
Entah persebab apa kiranya perkara
Entah disebab apa aku salah

Kutukan telah ia hujani ke tubuhku
serta makian mematuk-matuk telingaku

Kemurungan wajah tampak deru nyala
Seringai garang liar membunuh waktu
Dalam hari makin beku makin membatu

Alampun bergerak dalam marah
Membakar semua amarah aksara murka
Bergebu pusaran ombak laut tak setara
Badai topan mencabik-cabik gurun sahara

Hidup yang tiada kira terhina
Dicabik cambuk. Pecutan bara api

Kau aksara murka!
Telan aku jika kau mampu
Todak dia, tidak juga mereka
Tapi aku, aku yang juga murka
Biar kita mati bersama esok hari



Minggu, 18 Oktober 2009

Meniti kenangan bersama hujan

Titik-titik kenangan

Yang telah kita ukir bersama hujan

di kemarin hari

Takkan kering selaras hilangnya

tetes embun kemarin sore

Nama kita akan terukir indah di dinding sekolah

Terlipat rapi di jaket sekolah

Yang tersimpan dalam lemari

Taman bunga tempat kita bermain

tetap menyimpan mimpi-mimpi kita

Meski musim mengganti lembar daun

yang gugur kemarin

Atau dinding mengganti warna,menutupi

senda tawa dan canda

Tarian hujan saat jam pelajaran

Serta nyanyian yang kita nyanyikan bersama

Selalu terukir di bangku sekolah

Alunan guru karena kita telat masuk kelas

Hukuman karena badan kita basah kuyup

Tetap tertulis di papan tulis

Bersama janji masa depan

Kita tanggalkan almamater di pintu gerbang

Kelak kita berjumpa dalam impian

Jumat, 18 September 2009

Melodi Subuh

Ini pagi saban subuh
jaga oleh gemuruh
dari mimpi hara-huru
Sepagi ini masih kelabu
dalam tubuh kaku

Ini kali agak kleabu
gelagat-gelagat sayu

Ini pekik penyeru deru
melodi-melodi merdu
di hati yang sendu

Mari beranjak bangkit
Menuju danau bersuci diri
Basuh segala penyakit
Mumoung ajal belum mati

Minggu, 13 September 2009

Biarkan Hati

biarkan hati yang tersembunyi tetap tersembunyi
hati yang tak mengerti tetap dalam ketidakmengertian
agar tak ada kata penjelasan